BAMBANG EKALAYA
Raden Bambang Ekalaya menangis, dia tidak bisa menahan rasa sedih. Yang menjadi ingatan tiada lain adalah ingin bertemu dengan gurunya yang sangat di hormatinya.
Raden Bambang Ekalaya merasa bisa memanah hingga tidak ada yang bisa menandinginya, karena dilatih oleh gurunya yaitu Bagawan Dorna. Meskipun dilatihnya cuma sekejap mata, tapi Raden Bambang Ekalaya sangat mensyukuri atas ilmu yang diberikan oleh gurunya.
Dari merasa sedih ia sangat ingin bertemu dengan Gurunya, usahanya Bambang Ekalaya pergi ke hutan larangan yang banyak binatang buas dan pepohonan.Di Perjalanan ia mendapatkan godaan dan rintangan yang tidak ia perkirakan dari sebelumnya, seperi banyaknya hewan – hewan buas yang ingin memangsanya. Namun tekadnya untuk mengabdi kepada seorang guru tidak akan terkalahkan oleh rasa takut. Ia pun terus berjalan mengarungi hutan yang sangat menakutkan
Setelah tiba di tempat yang ia tuju, cepat saja ia bertapa, memuja bersemedi sambil mengingat rupa gurunya. Setuntas sudah bertapa, kayu – kayu cepat ia pahat, di bentuk berbulan – bulan hingga jadilah membentuk patung rupa Bagawan Dorna, yang ia puja – puja, dan sangat di hormatinya.
Di depan patung Bagawan Dorna , Raden Bambang Ekalaya latihan membentangkan panah. Sebelum dimulainya latihan, ia menyembah dulu pada patung gurunya itu. Begitupula setuntas ia latihan, Raden Bambang Ekalaya menyembah lagi di depan patung gurunya, seperti orang yang sedang di beri nasihat gurunya.
Yang dilakukan oleh Raden Bambang Ekalaya, tiada lain adanya rasa hormat dan sayangnya kepada yang jadi guru. Meskipun sudah tidak ada gurunya , tetapi rasa hormatnyalah kepada guru tidak putus – putus.
hatur nuhun
mhz_goo!blog,
Kamis, 06 November 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Comments :
Posting Komentar